Categories Budaya

Geser Lagi, Geser Lagi: Pola Nongkrong Kalangan Gen Z

BandungNongkrong sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Gen Z. Aktivitas sederhana ini kini berkembang menjadi gaya hidup yang punya makna sosial, estetika, dan bahkan eksistensial. Namun, ada satu pola baru yang menarik perhatian: kebiasaan “geser lagi” berpindah dari satu tempat nongkrong ke tempat lain dalam kurun waktu yang sama.

Fenomena “geser lagi” menggambarkan sifat dinamis Gen Z yang gemar mencari suasana baru dan tidak betah berlama-lama di satu tempat. Setelah duduk di satu kafe untuk ngopi dan ngobrol, mereka akan bergeser ke taman, rooftop, atau tempat makan lain hanya untuk mengganti vibe. Aktivitas ini bukan semata kebosanan, melainkan bentuk eksplorasi sosial dan ekspresi diri.

Dilansir dari Jakpat Survey Report (2024), sebanyak 72% Gen Z di kota besar mengaku sering berpindah tempat nongkrong lebih dari dua kali dalam satu sesi. Data ini menunjukkan bahwa nongkrong bagi generasi muda bukan lagi aktivitas pasif, tetapi perjalanan sosial yang terus bergerak dari satu suasana ke suasana lain, dari satu momen ke momen berikutnya.

Selain sebagai ajang pertemuan, nongkrong juga berfungsi sebagai ruang ekspresi diri. Setiap tempat memiliki nuansa berbeda yang bisa mencerminkan suasana hati dan identitas. Misalnya, kafe dengan interior minimalis dan pencahayaan hangat sering menjadi pilihan untuk berbincang santai, sedangkan spot outdoor atau rooftop lebih cocok untuk sesi foto atau konten media sosial. Bagi Gen Z, tempat nongkrong bukan hanya ruang sosial, tapi juga latar panggung bagi gaya hidup mereka di dunia digital.

Fenomena “geser lagi” juga erat kaitannya dengan budaya FOMO (fear of missing out). Gen Z cenderung ingin selalu up to date terhadap tempat yang sedang viral atau populer di media sosial. Dalam konteks ini, nongkrong menjadi ajang aktualisasi diri sekaligus sarana untuk tetap relevan di lingkaran pertemanan. Setiap lokasi baru yang mereka kunjungi bukan hanya tempat duduk dan mengopi, tapi juga simbol koneksi sosial dan pengalaman baru.

Namun, di balik keseruannya, budaya “geser lagi” juga menunjukkan sisi lain kehidupan Gen Z yang serba cepat dan penuh tekanan. Dorongan untuk selalu tampil aktif dan produktif di media sosial kadang membuat kegiatan sederhana seperti nongkrong kehilangan makna aslinya,  yaitu waktu untuk istirahat dan menikmati kebersamaan tanpa tuntutan.

“Pola berpindah tempat ini mencerminkan cara Gen Z memaknai kebebasan mereka menolak stagnasi dan nongkrong menjadi medium untuk menegaskan identitas sosial mereka,” jelas Dr. Crystal Abidin, Peneliti Budaya Digital dari Curtin University.

Akhirnya, “geser lagi” bukan sekadar tren nongkrong, melainkan representasi dari cara Gen Z berinteraksi dengan dunia. Dalam setiap langkah menuju kafe baru atau spot berbeda, mereka sedang mencari sesuatu yang lebih dalam suasana, koneksi, atau sekadar versi diri yang lebih jujur. Nongkrong bukan lagi sekadar kegiatan menghabiskan waktu, tapi ritual kecil dalam perjalanan menjadi diri sendiri.

Referensi:

Jakpat Survey Report, Hypebeast Indonesia, The Jakarta Post

Written By

More From Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like

Fenomena Gen Z dan Second Account-nya

Bandung – Fenomena penggunaan second account di media sosial semakin populer di kalangan Gen Z.…

Fenomena Pelari Kalcer: Olahraga Rasa Fesyen

Bandung – Fenomena “Pelari Kalcer” kini ramai diperbincangkan di media sosial, terutama di TikTok dan…

Ketika Mayat Hidup Kembali: Menguak Ritual Mistis Ma’nene di Toraja

Bandung – Ma’nene merupakan ritual yang dilakukan oleh suku Toraja yang tinggal di Sulawesi Selatan dengan…