Categories Teknologi

Menangkal Hoaks di Tengah Memanasnya Aksi Demonstrasi

Bandung – Berita hoaks, disinformasi, hingga unggahan bernada provokasi membanjiri media sosial seiring memanasnya aksi demonstrasi di sejumlah daerah Indonesia.

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengungkapkan kementeriannya menerima lonjakan laporan masyarakat terkait konten-konten menyesatkan tersebut.

“Kami menemukan banyak provokasi di ruang digital, mulai dari ajakan penjarahan, serangan, hingga isu SARA,” ujar Meutya melalui akun Instagram resminya pada Senin (1/9), dikutip dari CNN Indonesia.

Ia menambahkan, penyebaran misinformasi berlangsung sangat cepat layaknya “banjir bandang” yang menenggelamkan informasi benar, kritik konstruktif, maupun aktivitas produktif seperti pembelajaran dan UMKM. Menurut Meutya, indikasi awal menunjukkan adanya upaya terorganisir untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana provokasi. Kondisi ini menuntut kewaspadaan publik dalam memilah informasi agar tidak mudah terjebak berita palsu.

Mengutip UNICEF, hoaks biasanya berupa artikel atau judul berita yang sengaja disusun untuk menyesatkan pembaca. Meski tampak seperti berita asli, isinya sering kali merupakan hasil manipulasi atau rekayasa peristiwa. Masalahnya, banyak orang membagikan hoaks tanpa menyadari bahwa informasi tersebut salah.

Untuk menghadapi banjir hoaks, masyarakat disarankan lebih kritis dalam mengonsumsi informasi digital. Pertama, periksa kembali judul provokatif dengan membandingkan ke sumber lain. Kedua, teliti alamat situs dan pastikan media tersebut terdaftar resmi di Dewan Pers. Ketiga, bedakan fakta dengan opini agar tidak mudah terjebak pada narasi sepihak. Selain itu, kecermatan pada foto dan caption provokatif juga penting.

Di era kecerdasan buatan (AI), manipulasi visual makin mudah dilakukan. Pengguna bisa memanfaatkan fitur Google Images untuk melacak keaslian gambar. Tak kalah penting, selalu menilai kredibilitas sumber dan melacak informasi ke asalnya. Bila bertentangan dengan saran ahli atau berasal dari kanal tidak terpercaya, sebaiknya bersikap skeptis.

Hal lain yang sering luput adalah memeriksa tanggal berita. Banyak hoaks berasal dari berita lama yang dipoles ulang agar tampak relevan dengan situasi terkini. Menurut McAfee, pembuat hoaks bahkan kerap menempelkan judul baru pada foto lama untuk menyesatkan publik. Kesadaran literasi digital menjadi kunci utama dalam menghadapi maraknya hoaks di media sosial, terlebih saat situasi politik dan sosial memanas.

Referensi: CNN Indonesia, UNICEF, McAfee.

More From Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like

iPhone 17 Resmi Rilis: Fitur Baru Apa Saja yang Perlu Kamu Tahu?

Bandung – Apple resmi meluncurkan iPhone 17 Series pada acara tahunan mereka di September 2025.…

Telkomsel Resmi Perkenalkan SAVIA, Solusi Percakapan Cerdas Berbasis AI

Bandung – Telkomsel resmi meluncurkan teknologi percakapan cerdas bernama Smart Al Voice Interactive Assistant (SAVIA)…

Fenomena Gen Z dan Second Account-nya

Bandung – Fenomena penggunaan second account di media sosial semakin populer di kalangan Gen Z.…