Bandung – Ma’nene merupakan ritual yang dilakukan oleh suku Toraja yang tinggal di Sulawesi Selatan dengan maksud merawat jenazah yang telah meninggal, baik yang sudah puluhan atau bahkan ratusan tahun lalu. Ritual ini dimulai dengan membuka peti mumi leluhur, membersihkannya, mengganti pakaian jenazah, kemudian menempatkannya kembali di liang kubur. Kegiatan ini dilakukan oleh satu rumpun keluarga sebagai tanda bahwa ikatan antaranggota keluarga tidak bisa terputus meski kematian telah memisahkan mereka. Bagi masyarakat Toraja, menghormati leluhur bukan semata adat, tapi juga bagian dari kehidupan. Kepercayaan mereka mengatakan bahwa hidup akan kurang tenteram jika leluhur diabaikan. Ritual Ma’nene, melalui pembersihan dan penggantian pakaian, adalah salah satu bentuk penghormatan itu.
Waktu Pelaksanaan
Ma’nene awalnya dilakukan setiap tahun. Namun, belakangan, muncul perubahan. Mempertimbangkan tempat tinggal keluarga yang tidak semuanya tinggal di Toraja, pelaksanaannya diubah menjadi setiap tiga tahun sekali berdasarkan kesepakatan bersama melalui musyawarah adat.

Rangkaian Tahapan Ritual
Ritual Ma’nene bukan hanya membuka peti dan membersihkan jenazah. Ada tahapan yang dijalankan dengan tata cara adat sebagai berikut:
- Doa Awal: Ritual dimulai dengan doa menggunakan bahasa Toraja kuno yang dipimpin oleh orang tua atau pihak keluarga yang dituakan.
- Pengorbanan Hewan: Hewan seperti babi, sapi, kerbau, atau babi dikurbankan. Jumlahnya tergantung pada jumlah mumi dalam liang dan juga kelompok keluarga. Pengorbanan ini dianggap bagian dari penghormatan pada leluhur. Ada kepercayaan bahwa tanpa kurban kerbau, jenazah tidak dapat sampai ke Puya (semacam alam setelah kehidupan dalam kepercayaan mereka). Sesi ini seringkali ditandai dengan bunyi gong sebanyak jumlah kerbau yang dikurbankan.
- Pembukaan Liang (Pa’tene): Setelah pengorbanan hewan, dilakukan Pa’tene yaitu pembukaan liang atau kuburan. Keluarga menyiapkan sirih sebagai kunci ritual dan membuka peti-peti mumi. Biasanya, satu liang berisi beberapa mumi dari satu rumpun keluarga.
- Pembersihan dan Penggantian Pakaian: Mumi dijemur terlebih dahulu selama 3 hari hingga satu pekan, tergantung kesepakatan. Setelah itu, kain alas peti dan baju mumi diganti lalu tubuh mumi dibersihkan menggunakan kain atau kuas.
- Penutupan dan Perkenalan Keluarga: Setelah mumi dipersiapkan dan direbahkan kembali dalam peti, peti tersebut dikembalikan ke dalam liang kubur berbatu. Ritual lalu diakhiri dengan Ma’sisemba, yaitu sebuah aktivitas yang berhubungan dengan “perkelahian kaki” yang juga memiliki nilai simbolik. Ma’nene memiliki makna sosial di mana generasi muda diperkenalkan kepada leluhur mereka dan memperkuat ikatan antaranggota keluarga.
Source: detik.com & disbudpar.torajautarakab